Penyelesaian Dari soal diketahui bahwa seseorang meninggal dan meninggalkan harta sebesar Rp.120 juta. Ahli warisnya adalah terdiri dari istri, ibu kandung, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan.
MisalnyaAbdullah, suami yang meninggal, meninggalkan harta 32 Milyar, maka pembagiannya adalah sebagai berikut: Aminah mendapatkan 1/8 bagian. 1/8 x 32M = 4 Milyar Sisanya adalah 28 Milyar. Ibrahim mendapat 2 bagian. Zainab mendapat 1 bagian. Fatimah mendapat 1 bagian. Jumlah semuanya 4 bagian. Maka bagian masing-masing sebagai berikut.
Seseorangmeninggal dunia, meninggalkan harta sebesar rp 180.000.000 ahli warisnya terdiri atas istri, ibu dan 2 anak laki2. Hitunglah bagian masing2 ahli - 992 ViraIbrahim ViraIbrahim Pak Anto seorang Hakim di pengadilan negeri Suatu hari ia menangani perkara korupsi ada seseorang yang berusaha untuk menyuap agar sang koruptor bebas
Penghitungandengan menggunakan rad. Seorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar 120.000.000. Ahli warisnya terdiri dari ibu dan seorang anak perempuan. Pembagian hasilnya adalah sebagai berikut. Bagian ibu 1/6 dan bagian satu anak perempuan adalah 1/2. Asal masalahnya dari 1/6 dan 1/2 (KPK dari bilangan penyebut 6 dan 2) adalah 6.
Seseorangmeninggal dengan meninggalkan harta sebesar Rp 18.000.000,-. Ahli warisnya terdiri dari istri, dua orang saudara seibu dan ibu. Bagian istri 1/4, dua orang saudara seibu 1/3 dan ibu 1/6. asal masalahnya adalah 12. Istri = 1/4 x 12 = 3
restoran yg menyajikan aneka masakan di gerai. Un Montréalais d’origine haïtienne attendait avec impatience la fin du confinement pour retourner vivre dans son pays d’origine, mais son rêve a viré au cauchemar, jeudi soir, lorsqu’il a été sauvagement assassiné à la suite d’un vol à main armée près de Port-au-Prince. Le décès de Wilner Bobo, 41 ans, a eu l’effet d’un choc, cette fin de semaine, dans la communauté haïtienne de Montréal, au sein de laquelle il était connu pour organiser des soirées dansantes. Il aimait beaucoup avoir du plaisir, mais en même temps, c’était un gars posé, qui n’avait jamais de trouble avec personne», s’est remémoré son frère, Reynold, la gorge nouée. Amoureux d’Haïti Installé au Québec depuis plus de 30 ans, Reynold Bobo avait fait venir son frère cadet au pays dans les années 90, mais Wilner a toujours eu la nostalgie de son patelin. Gagnant sa vie comme préposé aux bénéficiaires ici, il retournait souvent en Haïti, où il avait l’habitude de rester pendant plusieurs mois. Durant la pandémie, il était décidé à repartir s’établir pour un bon bout de temps dans la Perle des Antilles, où la situation s’est dégradée ces dernières années. C’est un pays fou! Avant, c’était un pays de plaisir, mais maintenant, ça n’arrête pas de se détériorer», se désole Reynold Bobo, qui avait essayé de convaincre son frère de partir plus tard, sachant que la violence était à son comble, ces dernières semaines, à cause du démantèlement de gangs. Mais rien à faire Wilner était impatient d’aller rejoindre ses amis, ses jeunes enfants et les autres membres de la fratrie Bobo qui sont toujours dans la région de la capitale haïtienne. Meurtre Installé chez de la famille depuis quelques semaines, il a participé à une fête entre copains jeudi soir, à Pétion-Ville, une banlieue cossue de Port-au-Prince. À la sortie, il aurait été appréhendé peu après minuit en pleine rue par un individu armé, toujours selon le récit de l’un de ses neveux, Ricardo Bobo, joint depuis Haïti. Selon mes informations, il avait un sac en bandoulière et on lui a pointé un revolver dessus pour qu’il lui donne l’argent qu’il y avait dedans. Il aurait donné l’argent, mais il a quand même été assassiné», a ajouté Reynold Bobo, qui assure que son frère n’avait aucun lien avec le crime organisé. Exilés à risque M. Bobo aimerait se rendre en Haïti afin de faire toute la lumière sur ce tragique événement et pour assister aux funérailles, mais il hésite, tellement la situation est explosive sur place. Les gens savent que si tu es de la diaspora, tu as de l’argent», a déploré celui qui dit avoir de la difficulté à manger depuis qu’il a appris la terrible nouvelle, une peine qu’il partage avec les autres enfants de Wilner Bobo qui résident au Québec.
Hutang adalah amalan yang dibenarkan dalam islam. Hutang dapat dikatakan sah jikalau memenuhi syarat-syarat hutang diantaranya, tidak riba, tidak ada unsur kebohongan, dan harus melunasi hutang tersebut. Lantas bagaimanakah jikalau yang mempunyai hutang ini meninggal dunia? Apa hukum melunasi hutang orang yang sudah meninggal?Maka dari itu kita tidak boleh mengulur-ulur membayar hutang ketika sudah memiliki uang yang cukup untuk membayarkannya. Sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang berisi,مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ“Penguluran hutang oleh orang yang mampu membayar adalah kezhaliman” [Hadits Riwayat Al-Bukhari 2400 –Fathul Bari- dan Muslim 1564] Ketika seseorang meninggal dunia, harta yang ia punya akan diwariskan kepada ahli warisnya. Namun, sebelum itu harta tersebut akan digunakan untuk mengurus jenazah beliau, membayar hutang-hutang beliau, dan juga untuk melaksanakan wasiat jenazah. Hutang ini menjadi salah satu yang wajib dibayarkan karena akan dituntut hingga hari kiamat HutangHutang terbagi menjadi dua, yaitu hutang kepada Allah berupa zakat yang belum dibayarkan, nazar yang belum dilaksanakan, dan juga hutang kepada manusia dapat berupa pinjaman uang dan barang. Hutang yang berupa barang alangkah baiknya diganti dengan baang yang serupa. Kemudian apabila berhutang uang maka kembalikan sesuai jumlah juga Hukum Mendahulukan Membayar HutangBagaimana Membayar Hutang Kepada Orang Yang Sudah MeninggalCara Melunasi Hutang Dalam IslamDoa Agar Tidak Terlilit HutangSeperti surah An-Nisa ayat 11 – 12 yang berbunyi,يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ۚ فَإِنْ كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۖ وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۚ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ لَهُ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلَدٌ وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۚ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا“Allah mensyari’atkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak-anakmu. Yaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya saja, maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. Pembagian-pembagian tersebut di atas sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau dan sesudah dibayar hutangnya. Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”۞ وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَاجُكُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُنَّ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِينَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۚ وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكُمْ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوصُونَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ وَإِنْ كَانَ رَجُلٌ يُورَثُ كَلَالَةً أَوِ امْرَأَةٌ وَلَهُ أَخٌ أَوْ أُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ ۚ فَإِنْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْ ذَٰلِكَ فَهُمْ شُرَكَاءُ فِي الثُّلُثِ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَىٰ بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ ۚ وَصِيَّةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَلِيمٌ“Dan bagimu suami-suami seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau dan seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Baca juga Doa Untuk Melunasi Hutang Dalam IslamCara Membayar Hutang kepada Orang yang Sudah MeninggalCara Melunasi Hutang Riba Dalam IslamHukum Berhutang untuk Naik HajiJika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau dan sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki seibu saja atau seorang saudara perempuan seibu saja, maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat kepada ahli waris. Allah menetapkan yang demikian itu sebagai syari’at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”Hukum Membayar Hutang yang Sudah Sangat LamaApabila ada kasus, hutangnya sudah puluhan tahun yang lalu uang yang berlaku sudah berbeda nilainya. Maka tetap bayarkan hutangnya dengan jumlah yang sama bukan dengan nilai yang عَلَى الْمُسْتَقْرِضِ رَدُّ الْمِثْلِ فِيمَا لَهُ مِثْلٌ لِأَنَّ مُقْتَضَى الْقَرْضِ رَدُّ الْمِثْلِ“Wajib atas orang yang berutang untuk mengembalikan hutannya dengan yang sepadan al-mitsl karena utang menuntut pengembalian yang sepadan” Abu Ishaq asy-Syirazi, al-Muhadzdzab fi Fiqh asy-Syafi’i, Bairut-Dar al-Fikr, juz, 2, h. 304Rasulullah Shallalalhu alaihi wa sallam juga bersabda,نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ “Jiwa ruh seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai terlunasi” [Hadits Riwayat At-Tirmidzi 1078 dan Ibnu Majah 2413, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 6779]Apa yang Terjadi jika si Mayit Masih Memiliki Hutang di Dunia?Lalu dijelaskan oleh Syaikh al-Utsaimin rahimahullah, terkait hukum melunasi hutang orang yang sudah meninggal yakni, jiwanya ketika di dalam kubur tergantung pada utang atas dirinya seakan-akan merasa sakit karena menunda penyelesaian juga Hukum Berhutang untuk Biaya Menikah dalam IslamHukum Ibadah Umrah Dengan BerhutangHukum Menagih Hutang Dalam IslamDampak Buruk Hutang dalam IslamDia tidak merasakan gembira dan juga tidak merasa lapang dada dengan kenikmatan yang diberikan untuknya, karena dirinya masih menyisakan kewajiban membayar utang di dunia. Oleh karena itu dapat kita katakan Wajib bagi para ahli waris orang yang telah meninggal untuk segera dan mempercepat menyelesaikan utang-utang si mayit. Rasulullah Pernah Menolak Menshalati Mayit yang Masih BerhutangSungguh berat masalah hutang ini bahkan Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,يُغْفَرُ لِلشَّهِيْدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْنَ “Orang yang mati syahid diampuni seluruh dosanya, kecuali utang” Bahkan Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam tidak mau menshalatkan jenazah orang yang emiliki hutang sebelum hutang-hutang tersebut dilunasi. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah tidak mau menyalati jenazah seseorang, karena si mayit tersebut masih memiliki tanggungan hutang. Salamah bin Al-Akwa Radhiyallahu anhu النَّبِيَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ لِيُصَلِّيَ عَلَيْهَا، فَقَالَ هَلْ عَلَيْهِ مِنْ دَيْنٍ؟ قَالُوْا لاَ، فَصَلَّى عَلَيْهِ. ثُمَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ أُخْرَى، فَقَالَ هَلْ عَلَيْهِ مِنْ دَيْنٍ؟ قَالُوْا نَعَمْ. قَالَ صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ . قَالَ أَبُو قَتَادَةَ عَلَيَّ دَيْنُهُ يَا رَسُولَ اللهِ، فَصَلَّى عَلَيْهِ.“Bahwasanya, pernah dihadapkan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam seorang jenazah untuk beliau shalati. Lalu beliau bertanya, “Apakah dia punya hutang?” Mereka menjawab, “Tidak”, maka beliau pun menyalatinya. Kemudian didatangkan kepada beliau jenazah yang lain, lalu beliau bertanya, “Apakah dia punya hutang?”, Mereka menjawab, “Ya” maka beliau Shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Shalatilah teman kalian ini oleh kalian”. Abu Qatadah berkata, “Wahai Rasulullah. Saya yang akan melunasi hutangnya”, maka beliau pun mau menyalatinya”. [Hadits Riwayat Al-Bukhari 2295 –Fathul Bari-]Siapa yang Harus Membayarkan Hutang Orang yang Telah MeninggalDengan begitu pastilah ada yang perlu melunasi hutang-hutang si mayit. Salah satu yang dapat mengurus hutang-piutang si mayit tidak lain adalah ahli warisnya sendiri. Namun, perlu ditegaskan di sini adalah, ahli waris diwajibkan membayarkan hutang hanya sebesar tirkah peninggalan yang dimiliki oleh si mayit. Dan juga, ahli waris tidak wajib membayarkan hutang jika si mayit tidak memiliki tirkah. Hutang si mayit tidak serta merta dilimpahkan kepada ahli juga Hukum Hutang Piutang dalam IslamHukum Belum Membayar Hutang Puasa RamadhanHukum Tidak Membayar HutangHutang Dalam IslamJikalau memungkinkan pastilah ada jalan yang lebih baik lagi untuk mengadakan musyawarah dengan orang yang dihutangi untuk masalah pengembalian hutang. Meskipun yang meninggal adalah orang tua kita, hal ini tetap berlaku. Namun, jika memang ingin membayarkan hutang-hutang si mayit maka sebaiknya dilakukan dengan ikhlas dan berlapang Membayarkan Hutang Orang yang Telah MeninggalAda yang berpendapat bahwa hutang-hutang tersebut dapat dibayarkan dengan menggunakan zakat. Di sini masih ada dua pendapat yang berbeda mengenai hukum melunasi hutang orang yang sudah meninggal pertama, adalah diperbolehkannya menggunakan zakat untuk membayar hutang si mayit. Seperti penjelasan dalam surah At-Taubah ayat 60۞ إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌSesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan kemudian dijelaskan lagi dalam hadits berikut. Dikatakan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Sebagai pemimpin kaum أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ، فَمَنْ تُوُفِّيَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَتَرَكَ دَيْناً فَعَلَيَّ قَضَاؤُهُ” Aku lebih berhak menolong kaum Mukminin dari diri mereka sendiri. Jika ada seseorabng dari kaum Mukminin yang meninggal, dan meninggalkan hutang maka aku yang akan melunasinya…” [Hadits Riwayat Al-Bukhari 2298 –Fathul Bari- dan Muslim 1619 dari Abu Haurairah Radhiyallahu anhu]Maksud NabiShallallahu alaihi wa sallam ialah, akan melunasinya dari harta Baitul Mal,yang terdiri dari ghanimah harta rampasan perang, jizyah dari orang kafiryang berada dalam naungan kaum Muslimin, infak atau shadaqah serta kedua, tidak diperbolehkannya membayar hutang dengan menggunakan zakat. Menurut pendapat Jumhur dan Hanafiyah dari Syafi’iyah. Dengan dasar uang yang akan digunakan untuk membayarkan hutang tidak diterima langsung oleh debitur penghutang. Mereka juga berpendapat apabila diperbolehkan maka ditakutkan akan fokus pada hutang orang yang sudah pembahasan mengenai hukum melunasi hutang orang yang sudah meninggal. Semoga bisa dipahami dan kita terbebas dari hutang agar bahagia dunia akhirat. Aamiin.
Seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar Ahli warisnya terdiri atas istri, ibu dan 2 anak adalahPembagian bagian Isteri 1/8, Ibu 1/6 dan 2 anak laki-laki a£abah. Asal masalahnya dari 1/8 dan 1/6 KPK = Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 8 dan 6 adalah pembagiannya adalahIstri 1/8 x 24 x Rp. = Rp. 1/6 x 24 x Rp. = Rp. anak laki-laki 24 – 3+4 x Rp. = anak laki-laki memperoleh mawaris sebesar = Rp. 2 = dengan menggunakan aul. Seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar Rp. Ahli warisnya terdiri atas suami dan 2 saudara perempuan hasilnya adalah sebagai suami 1/2 dan bagian dua saudara perempuan sekandung 2/3. Asal masalahnya dari 1/2 dan 2/3 KPK= Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 2 dan 3 adalah 6, sementara pembilangnya adalah 7, maka terjadi 7/6. Untuk penghitungan dalam kasus ini harus menggunakan aul, yaitu dengan menyamakan penyebut dengan pembilangnya. aulnya1, sehingga masing-masing bagian mendapatkan 3/7 × Rp. saudara perempuan sekandung 4/7 × Rp. dengan menggunakan rad. Seorang meninggal dunia,meninggalkan harta sebesar Ahli warisnya terdiri dari ibu dan seorang anak hasilnya adalah sebagai ibu 1/6 dan bagian satu anak perempuan adalah 1/2. Asal masalahnya dari 1/6 dan 1/2 KPK dari bilangan penyebut 6 dan 2 adalah 6. Maka bagian masing-masing adalah 1/6 dan 3/6. Dalam hal ini masih tersisa harta waris sebanyak 2/6. Untuk penghitungan dalam kasus ini harus menggunakan rad, yaitu membagikan kembali harta waris yang tersisa kepada ahli warisnya. Jika dilihat bagian ibu 1/6 dan satu anak perempuan 3/6, maka perbandingannya adalah 13, maka 1/6 + 3/6 = 4/6, dijadikan 4/4 dengan perbandingan 13, maka hasilnya mendapatkan 1/4 × = anak perempuan mendapatkan 3/4 × =
Halo, Anisa! Kakak bantu jawab ya. Jawaban yang benar untuk pertanyaan tersebut adalah 15 juta untuk Istri, 20 juta untuk Ibu kandung, 40 juta untuk anak laki-laki, dan 20 juta untuk anak perempuan Diketahui Warisan = juta Ahli waris = Istri, Ibu kandung, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan Ditanya Warisan yang didapat masing-masing ahli waris? Penyelesaian Dari soal diketahui bahwa seseorang meninggal dan meninggalkan harta sebesar juta. Ahli warisnya adalah terdiri dari istri, ibu kandung, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Dalam hukum waris dalam agama Islam aturannya adalah sebagai berikut Istri = 1/8 bagian, karena pewaris memiliki keturunan Ibu = 1/6 bagian, karena pewaris memiliki keturunan sebanyak 2 orang Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan = 21 Maka, Istri = 120 juta x 1/8 = 15 juta Ibu = 120 juta x 1/6 = 20 juta Anak laki-laki = 120 juta x 1/3 = 40 juta Anak perempuan = 120 juta x 1/6 = 20 juta Jadi, warisan yang didapat istri adalah sebesar juta, yang didapat ibu adalah sebesar juta, anak laki-laki adalah sebesar juta, dan yang didapat anak perempuan adalah sebesar juta. Semoga terbantu, tetap semangat belajar, ya Ÿ˜Š
December 15, 2021 Uncategorized 77 Views Pada kesempatan kali ini akan membagikan jawaban dari soal 1. seseorang meninggal dunia,meninggalkan harta warisan sebesar rp. sedangkan ahli warisnya terdiri dari ayah,ibu, 3 orang isteri dan empat orang anak terdiri dari 1 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan. berapa bagiankah yang didapat oleh ahli waris tersebut! Demikian artikel tentang 1. seseorang meninggal dunia,meninggalkan harta warisan sebesar rp. sedangkan ahli warisnya terdiri dari ayah,ibu, 3 orang isteri dan empat orang anak terdiri dari 1 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan. berapa bagiankah yang didapat oleh ahli waris tersebut! Semoga Bermanfaat
seorang meninggal dunia meninggalkan harta sebesar 120 juta